Rabu, 30 April 2014

Beberapa trik khusus membuat bahagia si kecil



intensitasnya. Emosi positif ini memberi kontribusi besar pada kepribadian anak.

Anak satu tahun Anda terkekeh-kekeh kegirangan saat mendengar suara Anda menirukan suara omanya. Namun, di lain waktu, ia biasa saja ketika mendengar tantenya melakukan hal yang sama. Apa sebenarnya yang membuat anak senang?

Emosi positif. Rasa senang, gembira, riang dan bahagia merupakan emosi yang menyenangkan, meski intensitas dan gradasinya berbeda-beda pada setiap anak. Begitupun cara mengekspresika rasa ini, yaitu mulai dari diam, tenang atau langsung tertawa terbahak-bahak.

Apa yang membuat anak senang pun berbeda. Namun pada anak, melihat atau mendengarkan sesuatu yang mencolok dapat membuatnya gembira. Misalnya, saat melihat Anda pura-pura jadi sapi sambil merangkak dan melenguh, anak kegirangan dan tertawa berderai-derai. Ini juga berarti perkembangan kognitifnya telah membuatnya mampu mengenali mana hal yang familiar dan mana yang tidak. Ia juga dapat merasa senang ketika bertemu Anda setelah seharian berpisah. Atau, bertemu neneknya yang datang berkunjung. Bermain bersama anak seusianya, meski belum benar-benar terlibat dalampermainan bersama, juga dapat membuat anak senang.

Perbanyak kesenangan. Meski penyebab rasa senang itu berbeda-beda, namun sering merasa senang membuat hidup anak lebih menyenangkan. Modal pertama untuk merasa senang tentu kesehatannya. Anak yang sakit tidak dapat merasakan senang. Walaupun Anda mengajaknya bercanda, jika tubuhnya tak sehat, ia tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang Anda berikan. Selain itu, saat anak tertawa, tubuh berada pada keadaan relaksasi sepenuhnya. Dengan begitu, ketegangan pun hilang. Hasilnya? Sering tertawa membuat anak lebih sehat. Beraktivitas bersama Anda atau dengan teman-teman juga dapat membuat senang anak. Lakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Dan, sodorkan humor-humor yang dapat dimengerti anak satu tahun.

Meski mengenal dan mengalami emosi menyenangkan berpengaruh positif pada kepribadiannya, namun emosi negatif bukan berarti harus dihindari. Siapkan anak menghadapi emosi tak menyenangkan ini dengan mengajak anak mengatakan apa yang dirasakannya. Biarkan anak mengekspresikan emosi negatif ini sewajarnya.

Sabtu, 29 September 2012

PSIKOLOGI REMAJA

PEMBAHASAN A. Pengertian dan Sumber Tugas-tugas Perkembangan Robert Havighrust (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Selanjutnya Havighrust (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut : A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society and difficulty with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai ini sebagai social expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentuakan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya , sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu. Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut : 1. Kematangan fisik, misalnya (a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki; (b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual. 2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (a) belajar membaca; (b) belajar menulis; (c) belajar berhitung; (d) belajar berorganisasi. 3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya (a) memilih pekerjaan; (b) memilih teman hidup. 4. Tuntutan norma agama, misalnya (a) taat beribadah kepada Alloh; (b) berbuat baik kepada sesame manusia. Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. 2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya. 3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya. Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut : 1. Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis. 2. Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. 3. Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain. B. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990). C. Tujuan Tugas Perkembangan Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya. Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam tingkat ketegangan emosional. Tetapi sebagian besar kesulitan dan ketegangan ini dapat dihilangkan kalau individu sadar akan apa yang akan terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri. Anak-anak yang menguasai keterampilan-keterampilan sosial, diperlukan untuk menghadapi kehidupan sosial remaja yang baru, akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya bila mereka mencapai usia remaja, dan yang baru menginjak dewasa akan lebih mudah melewati masa peralihan ke masa usia pertengahan. Dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka secara bertahap menciptakan kegiatan-kegiatan waktu senggang dengan berkurangnya tanggung jawab sebagai orang tua. D. Bahaya Tugas-tugas Perkembangan Karena tugas-tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal, maka apapun yang menghalangi penguasaan sesuatu dapat dianggap sebagai bahaya potensial. Ada tiga macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas dalam perkembangan. Pertama, harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu sendiri maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku yang tidak mungkin dalam perkembangan pada saat itu karena keterbatasan kemampuan fisik maupun psikologis. Bahaya potensial kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam pengembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Krisis yang dialami individu ketika melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain mengandung bahaya potensial ketiga yang umum yang muncul dari tugas-tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis. Misalnya, orang yang masa kerjanya akan berakhir sering mengalami “krisis pensiun”, dimana ia merasa bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan akan berakhir juga. Lambat atau cepat semua orang akan sadar bahwa mereka diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu pada berbagai periode sepanjang hidup mereka. Setiap individu juga menjadi sadar bahwa dirinya “terlalu cepat”, “terlambat” atau “tepat” dalam kaitannya dengan tugas-tugas ini. Kesadaran inilah yang mempengaruhi sikap dan perilaku mereka sendiri, demikian pula sikap orang lain terhadap mereka. E. Tugas-tugas Perkembangan Remaja dan Pengukurannya Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independen, (2) minat seksualitas; dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976). Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’. Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. Mulai dari Erikson, banyak para ahli psikologi memandang bahwa identity formation (pembentukan identitas/jati diri) merupakan tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mendapat kepuasan dalam menjawab pertanyaan ‘Siapa saya?’ dan ‘Mengapa saya?’ maka mereka akan mengalami ‘peperangan’ dlam dirinya. Pikunas juga mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama bagi remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut: 1. Berusaha mampu menerima keadaan fisiknya. 2. Berusaha mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 3. Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 4. Berusaha mencapai kemandirian emosional 5. Berusaha mencapai kemandirian ekonomi. 6. Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melukukan peran sebagai anggota masyarakat. 7. Berusaha memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. 8. Berusaha mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 9. Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 10. Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-lakilah dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Penelitian singkat mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang dimiliki oleh remaja Amerika sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memeriukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatjf ini banyak diwamai oleh perkembangan kognitifhya. Menurut Havighurst (Hurlock,1990), ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk membantu memahami tugas-tugas perkembangan tersebut, masing-masing dapat dikaji dari aspek-aspek hakikat tugas, dasar biologis, dan dasar psikologis, yaitu sebagai berikut : 1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah. a. Hakikat Tugas Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain. Tujuan : (1) Belajar melihat kenyataan anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria; (2) Berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya; (3) Belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama; (4) Belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya. b. Dasar Biologis Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh kematangan yang telah dicapai. c. Dasar Psikologis Pada akhir masa anak, anak-anak lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul dengan orang lain (teman sebayanya). Pertama dia bergaul dengan kelompok yang terbatas bersama teman yang sama jenis kelaminnya. Masa ini sering disebut “Gang Age” bagi pria, meskipun pada anak wanita pun gejala ini ada, namun tidak sekuat pria. Mereka belajar berperilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku dengan sesamanya, seperti dalam mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga dan sosial, memilih pemimpin, dan menciptakan peraturan dalam kelompok. Dengan jenis kelamin yang berbeda, mereka belajar keterampilan-keterampilan sosial orang dewasa, seperti berkomunikasi yang baik dan memimpin kelompok. Pada usia 14 sampai 16 tahun, mereka sudah cukup memiliki keterampilan, dan mulai meninggalkan kelompok besar, serta membentuk kelompok-kelompok kecil, tiga, dua, atau satu orang, sehingga pergaulan mereka menjadi lebih intim (akrab). Satu hal yang sangat mempengaruhi remaja adalah dorongan untuk mendapatkan persetujuan kelompok (konformitas). Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun apabila gagal, maka dia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam kehidupannya di masa dewasa, seperti ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang mampu bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan, dna melakukan dominasi secara sewenang-sewenang. Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. adapun dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun lebih tua. Kecenderungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan membawa penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sepanjang kehidupannya. d. Dasar Kebudayaan Kebudayaan dapat membentuk pola hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke masayarakat lainnya. Pola interaksi (pergaulan remaja di Negara maju, relatif berbeda dengan remaja di Negara berkembang; begitupun dengan pola pergaulan remaja yang bermukin di perkotaan dengan yang di pedesaan. Pola pergaulan itu, baik yang menyangkut persahabatan maupun percintaan. e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan. 1. Tinggi Indikatornya: Memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih. Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap. Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu. Memiliki penyesuaian sosial yang baik. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Berpartisipasi dalam acara teman sebaya. Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan teman sebaya. Mau bekerja sama dengan orang lain. Berusaha memahami pandangan orang lain dalam diskusi kelompok. Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu permainan. 2. Sedang Indikatornya: Memiliki seorang teman dekat. Menjadi anggota “klik” atau “gank” namun kurang mendapat perhatian. Memiliki kemampuan sosial yang sedang. Kadang-kadang mau menghadiri acara dengan teman lawan jenis. Merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam. Mempunyai peran yang netral dalam kegiatan kelompok. 3. Rendah Indikatornya: Tidak memiliki teman akrab. Tidak pernah diundang untuk menghadiri acara kelompok. Sering dikambing hitamkan oleh kelompok sebaya. Sering balas dendam dengan sikap bermusuhan. Berperilaku penyimpangan penyesuaian sosial. Sangat malu bergaul dengan lawan jenis. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita. Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. a. Hakikat Tugas Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita. Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. b. Dasar Biologis Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun memiliki kelemahan fisik. c. Dasar Psikologis Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan sebagai seorang wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri, kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir, cenderung mengagumi ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang memerlukan dukungan suami. d. Dasar Kebudayaan Peran wanita terus berubah, terutama dalam masyarakat perkotaan. Peran wanita sekarang lebih diberikan kebebasan daripada para generasi wanita sebelumnya. Sebagian di antara mereka dapat memilih secara mandiri untuk bekerja dalam bidang bisnis atau suatu orofesi tertentu, yang sebelumnya mustahil dapat dilakukan. e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan 1) Tinggi Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya dan melalui siklus perkembangan pubertas menyenangi acara-acara yang diadakan kelompok yang beragam jenis kelamin, menyenangi lawan jenis, memelihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, dan mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Remaja wanita memiliki fisik yang matang dan bersifat feminin dalam penampilan dan berpakaian, menunjukan sifat mau menerima pernikahan dan peran sebagai istri/ibu, dan menunjukan minat dan sikap senangnya untuk memelihara bayi. 2) Sedang Indikatornya : Remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita. Mempunyai perhatian untuk mengahadiri acara dalam kelompok yang beragam jenis kelaminnya. Menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak perilaku heteroseksualnya. Hanya menyenangi olahraga yang ringan, dan kurang perhatian untuk memelihara diri. 3) Rendah Indikatornya: Remaja pria tidak matang fisiknya, tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, tubuh atau penampilannya kurang maskulin, dan perhatian untuk memelihara dirinya seperti 3 atau 4 tahun dibawahnya. Remaja wanita kematangannya terlambat, mungkin tidak menstruasi, penampilannya seperti anak kecil, penampilannya tomboy, dan senang bergaul dengan pria. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif. Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep meraka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. a. Hakikat Tugas Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif. b. Dasar Biologis Siklus pertumbuhan remaja melibatkan serangkaian perubahan endoctrin dengan berkembangnya ciri-ciri seksual dan fisik orang dewasa. Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba bagi si remaja untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi, pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar usia 18 tahun. c. Dasar Psikologis Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi. d. Dasar Kebudayaan Masyarakat sangat memperhatikan penampilan fisik dan pemeliharaannya. Remaja pria dan wanita di ajar untuk menampilkan fisiknya yang menarik, dan berkembang melebihi teman sebayanya. e. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan 1) Tinggi Indikatornya : Mampu mengarahkan diri dan memelihara kesehatan secara rutin. Memiliki keterampilan dalam berolahraga. Mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat. Merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisiknya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi. Menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan maskulin (pria). Memelihara dirinya secara hati-hati. 2) Sedang Indikatornya : Mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak dalam waktu lama. Memiliki persepsi yang sedang terhadap tubuh manusia dan keragaman seksual. Kadang-kadang bersikap menolak terhadap tubuhnya atau jenis kelaminnya. Memiliki pengetahuan tentang reproduksi, namun memiliki rasa takut yang tidak rasional tentang hal itu (bagi wanita). Tubuhnya matang dan memiliki sedikit keterampilan untuk memelihara rumah. 3) Rendah Indikatornya : Kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan, tidak dapat mengendalikan diri. Cenderung fisiknya kurang matang; memiliki distorsi persepsi tenang tubuhnya dan keragaman seks. Menampakan ketidaksenangan terhadap tubuhnya. Merasa cemas tentang kematangannya atau penampilan fisiknya yang menyimpang. Tidak meiliki pengatahuan yang tepat tentang reproduksi. Menyatakan kesenangannya untuk menjadi lawan jenis kelaminnya. 4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. a. Hakikat Tugas Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan diri padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa menggantungkan diri padanya. b. Dasar Biologis Secara biologis, remaja sudah dapat mencapai tugas perkembangan ini, karena mereka sudah memperoleh kematangan fisiknya. Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan emosional yang meningkat terhadap orang tua. c. Dasar Psikologis Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen (dua perasaan yang bertentangan) terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini, remaja masih mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua menginginkan anaknya berkembang menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah salah satu tempat bertumpu. Disinilah peranan guru cukup besar dalam rangka proses penyapihan psikologis remaja. Kegagalan dalam melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan teman sebaya. Menurut Douvan (Ambron, 1981:507), kemandirian emosional (emotional autonomy) merupakan salah satu aspek dari tiga perkembangan kemandirian remaja, yaitu (1) kemandirian emosi yang ditandai oleh kemampuan memecahkan ketergantungannya (sifat kekanak-kanakannya) dari orangtua dan mereka dapat memuaskan kebutuhan kasih sayang dan keakraban di luar rumahnya; (2) kemandiriabn berperilaku, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku pribadinya, seperti dalam memilih pakaian, sekolah, dan pekerjaan; dan (3) kemandirian dalam nilai. d. Dasar Kebudayaan Sebenarnya ada dua penyebab konflik antar generasi dalam masyarakat, yaitu (1) Perubahan sosial yang sangat cepat, dan (2) Ikatan pernikahan yang cenderung tertutup dan tidak terikat lagi kepada orang tua. e) Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan 1) Tinggi Indikatornya : Memiliki tujuan hidup yang realistik. Mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga sendiri secara mandiri. Mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya sendiri. Mampu membangun hubungan dengan beberapa orang dewasa muda dalam masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan orang dewasa dalam kegiatan masyarakat. Menerima konsekuensi dari kesalahan tanpa mengeluh. Berani bepergian sendiri. Dapat memilih dan membeli pakaian sendiri. Melakukan sejumlah kegaiatan tertentu yang disenanginya tanpa meminta persetujuan dari guru atau orangtua. Meminta nasihat orangtua hanya pada saat mengalami masalah yang rumit. Mampu menghadapi kegagalan dengan sikap rasional. 2) Sedang Indikatornya : Ego idealnya dipengaruhi dewasa muda atau figur yang tidak nyata atau glamor. Sikapnya belum ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan. Memerlukan dorongan dewasa pada saat megerjakan tugas baru. Menolak secara keras terhadap perintah/keinginan orangtua dalam berpakaian, menggunakan waktu senggang, memilih teman dan menggunakan uang. mengalami kerinduan pada saat jauh dari orang tua. 3) Rendah Indikatornya: Ego idealnya sangat ditentukan oleh orangtua. Menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan orangtua. Menerima otoritas orangtua atau orang dewasa lainnya untuk menyusun kegiatan. Ingin ditemani keluarga apabila pergi keluar jauh dari rumah. Bersifat pemalu. Selalu mencari dukungan dari orangtua dalam menghadapi masalah. Tidak mampu menggunakan pikirannya untuk hal-hal yang penting bagi dirinya. Tidak mampu menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupan masyarakat. Mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Mengalami kesulitan dalam menempuh pernikahan. 5. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis. Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian secara ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomis mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani. a. Hakikat Tugas Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri. Tujuan tugas perkembangan ini adalah agar remaja mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting (mendasar) bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi remaja pria. b. Dasar Biologis Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun kekuatan dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini. c. Dasar Psikologis Berkembang menjadi dewasa merupakan keinginan para remaja. Ciri atau simbol perkembangan yang diinginkannya itu adalah kemampuan untuk menjadi orang dewasa yang memiliki pekerjaan yang layak. Studi terhadap remaja pada masa depresi (ekonomi) pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa pengangguran dan memperoleh kemapanan ekonomi merupakan hal yang sangat dicemaskan atau ditakuti oleh para remaja. Studi Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri. d. Dasar Kebudayaan Dalam masyarakat sederhana kemandirian ekonomi bukan merupakan tugas perkembangan, namun dalam masyarakat modern kehidupan bersifat kompleks, termasuk dalam dunia kerja, sehingga remaja akan mengalami kesulitan, manakala tidak mempersiapkan diri secara matang. 6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan. a. Hakikat Tugas Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan. b. Dasar Biologis Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan. c. Dasar Psikologis Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya. Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah. 7. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga. Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari “masalah yang tidak terselesaikan” yang oleh remaja dibawa ke dalam masa dewasa. a. Hakikat Tugas Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak. b. Dasar Biologis Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar jenis kelamin. c. Dasar Psikologis Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup. d. Dasar Kebudayaan Pernikahan merupakan lembaga kehidupan sosial yang penting, karena melalui pernikahan umat manusia dapat terpelihara harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang mulia di hadapan Alloh SWT. Pernikahan merupakan lembaga sacral dan yang mengesahkan jalinan/hubungan cinta kasih dua insane yang berbeda jenis kelaminnya. Secara teoritis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai, moral, pandangan hidup, dan hubungan kemasyarakatan. (Siti Rahayu Haditono, 1991). Berdasarkan pada pembagian masa remaja ke dalam dua fase tersebut, pembahasan tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase keduayaitu fase adolesens. Pada fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus dapat diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara itu ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka. Dari sekian banyak masalah penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga atau perkawinan, ada empat unsur utama yang paling penting bagi kebahagiaan perkawinan, yaitu : Penyesuaian dengan pasangan ; Penyesuaian seksual ; Penyesuaian keuangan ; dan Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing. Berkaitan dengan empat penyesuaian diri remaja dalam kehidupan keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang memengaruhinya, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor yang memengaruhi penyesuaian terhadap pasangan ialah konsep tentang pasangan yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat, kepentingan bersama, kepuasan nilai, konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup. 2. Faktor penting yang memengaruhi penyesuaian seksual ialah perilaku seksual, pengalaman seksual masa lalu, dorongan seksual, pengalaman seksual martial awal, serta sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi. 3. Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan ialah seterotipe tradisional, keinginan untuk mandiri, fanatisme keluarga, mobilitas sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan bantuan keuangan untuk keluarga pasangan. Masih dalam konteks penyesuian diri dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah kriteria keberhasilan penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan, yaitu : Kebahagiaan pasangan suami istri ; Hubungan yang baik antara anak dan orang tua ; Penyesuaian yang baik dari anak-anak ; Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat; Kebersamaan ; Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan ; dan Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan. 8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan. Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam berbagai aktivitas ekstrakurikuler menguasai praktek demikian namun mereka yang tidak aktif –karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman- tidak memperoleh kesempatan ini. a. Hakikat Tugas Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan. b. Dasar Biologis Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran kedewasaan. c. Dasar Psikologis Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi. d. Dasar Kebudayaan Kehidupan modern yang kompleks menuntut individu agar memiliki kemapuan berpikir yang tinggi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. 9. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab. Erat masalahnya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini seringkali dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi ujian, maka remaja harus memilih antara standar dewasa dan standar teman-teman. a. Hakikat Tugas Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku. b. Dasar Biologis Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial pada manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual. c. Dasar Psikologis Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah berlangsung sejak individu dilahirkan.Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja. d. Dasar Kebudayaan Dalam masyarakat modern kurang memperhatikan upacara-upacara yang dapat menunjang perkembangan rasa bertanggung jawab pada remaja, apabila dibandingkan dengan masyarakat primitif yang menetapkan remaja sebagai pewaris adat yang bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bangsanya. 10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. a. Hakikat Tugas Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain. b. Dasar Psikologis Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai. c. Dasar Kebudayaan Sebagian besar masyarakat modern hidup dalam kehidupan kebobrokan moral, manusia modern kurang mengakui hukum moral tuhan.Beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai Akidah, Ibadah dan Ahlakul Karimah Bagi Umat Muslim (Keyakinan dan Pendalaman) NILAI-NILAI AGAMA PROFIL SIKAP & PERILAKU REMAJA Akidah (keyakinan) 1. Meyakini Allloh sebagai Pencipta. 2. Meyakini bahwa agama sebagai pedoman hidup. 3. Meyakini bahwa Alloh Maha Melihat. 4. Meyakini hari akhirat sebagai hari pembalasan amal manusia. 5. Meyakini bahwa Alloh Maha Penyayang dan Pengampun. Ibadah dan ahlakul karimah 1. Melaksanakan ibadah (mahdoh) seperti salat, shaum, berdoa, dll. 2. Membaca kitab suci dan mendalaminya. 3. Mengendalikan hawa nafsu dari sikap dan perbuatan yang diharamkan Alloh. 4. Bersikap hormat kepada orang tua dan orang lain. 5. Menjalin silaturahim dengan orang lain. 6. Bersyukur. 7. Bersabar. 8. Memelihara kebersihan. 9. Memiliki etos belajar yang tinggi. Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: 1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. 2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan : Yang menghalangi : 1. Tingkat perkembangan yang mundur. 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya. 3. Tidak ada motivasi. 4. Kesehatan yang buruk. 5. Catat tubuh. 6. Tingkat kecerdasan yang rendah. Yang membantu : 1. Pertumbuhan fisik remaja. 2. Perkembangan psikis remaja. 3. Kedudukan atau posisi anak dalam keluarga. 4. Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan. 5. Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya. 6. Motivasi. 7. Kesehatan yang baik dan tidak ada catat tubuh. 8. Tingkat kecerdasan yang tinggi. 9. Kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa sebelumnya. 10. Kreativitas. F. Implikasi Tugas-tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan Masing-masing tugas perkembangan itu membawa implikasi yang berbeda dalam penyelanggaraan pendidikan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan nonakademik berkenaan dengan penyesuaian peran sosial, pemahaman terhadap kondisi fisik dan psikologis, serta pemahaman dan penghayatan peran jenis kelamin. Tugas-tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu remaja tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan nonakademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain-lain. 2. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling. Demikian juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan studi dan kariernya daripada menaruh perhatiannya menjadi seorang ibu, hendaknya sekolah turut membantunya agar mereka mampu menerima peranannya sebagai wanita. 3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan melalui bidang studi biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi perubahan jasmani yang bervariasi. Kepada siswa juga diberikan kesempatan untuk bertanya jawab tentang perkembangan jasmani itu. 4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk memepersiapkan diri memasuki pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan oleh semua personil sekolah, terutama perugas bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing atau konselor sekolah. KESIMPULAN Havighrust mendefinisikan tugas perkembangan, adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusakan penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu : 1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis 2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin 3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif 4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi 6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja 7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga 8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara 9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial 10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. (Havighurst dalam Hurlock, 1973). Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: 1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. 2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

Senin, 07 Februari 2011

MEMAHAMI HAK-HAK ANAK

Di negeri kita ini, banyak peringatan hari bersejarah yang memiliki makna bukan saja seremonial atau sekadar hura-hura. Misalnya, peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Kemudian sebelumnya, khususnya para remaja, juga merayakan hari istimewa, yaitu Hari Remaja, pada tanggal 12 Agustus. Sedangkan untuk anak-anak, tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Nah, apakah makna dari peringatan Hari Anak Nasional?
Hari Anak Nasional memiliki arti strategis dan momentum untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh bangsa Indonesia dalam menghormati dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, memberikan yang terbaik bagi anak, menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak, serta menghargai pendapat anak.
Hak-hak anak dijamin oleh sebuah konvensi yang dinamakan Konvensi Hak Anak (KHA). KHA adalah perjanjian antarbangsa mengenai hak-hak anak. Konvensi atau konvenan adalah kata lain dari "treaty" (traktat, pakta) yang merupakan perjanjian di antara beberapa negara. Perjanjian ini bersifat mengikat secara hukum dan politis. Jadi artinya, semua negara yang ikut menandatangani KHA harus mengakui dan memenuhi hak-hak anak. KHA disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 20 November 1989 dan disahkan mulai berlaku sebagai hukum internasional pada tanggal 2 September 1989.
Indonesia meratifikasi KHA dengan Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990. Tetapi, mulai diberlakukan di Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1990. Pada tanggal 22 Oktober 2002, Indonesia telah membuat UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak.
Hak-hak anak melekat dalam diri setiap anak dan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam PBB, hak-hak anak merupakan pengakuan atas martabat yang sama dan tidak dapat dicabut, yang dimiliki oleh seluruh angota keluarga manusia, merupakan landasan dari kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di seluruh dunia.
Jadi, semua anak memiliki hak-hak yang diakui oleh negara. Hal ini harus dipahami agar siapa pun dapat menempatkan diri dalam kerangka yang tepat untuk memastikan bahwa hak-hak anak tidak dilanggar dan dipenuhi oleh negara dan masyarakat. Setiap orang harus mengetahui bahwa anak memiliki hak sehingga bisa menjadi dasar perubahan untuk kehidupan yang lebih baik.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam KHA adalah:
1. nondiskriminasi, artinya semua hak yang terkandung dalam KHA harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa membeda-bedakan anak atas dasar agama, ras, suku, budaya, dan jenis kelamin;
2. hal terbaik menyangkut kepentingan hidup anak harus menjadi pertimbangan;
3. hak anak untuk tetap hidup dan berkembang sebagai manusia harus dijamin; dan
4. anak harus dihargai dan didengarkan ketika mengeluarkan pendapat (partisipasi).
Apa yang Bisa Dilakukan?
Dengan memahami bahwa semua anak memiliki hak yang diakui oleh undang-undang, maka ini menjadi dasar legal dan kekuatan bagi anak untuk meminta semua pihak menjamin pemenuhan hak-hak tersebut.
1. Dorong anak untuk mendiskusikan dalam kelompoknya bahwa setiap anak memiliki hak dan diakui oleh negara. Termasuk bagaimana hak-hak ini memengaruhi kehidupan sebagai seorang anak.
2. Buat daftar kejadian-kejadian yang dialami anak, yang termasuk perlakuan pelanggaran hak anak. Tuliskan siapa saja pihak yang melanggar hak-hak tersebut dan di mana saja terjadi.
3. Minta dukungan lembaga swadaya masyarakat atau relawan untuk membantu mendiskusikan aspek-aspek hak anak dan bagaimana caranya kita dapat berperan mengatasi kasus pelanggaran hak anak.
4. Bekerjalah dengan media. Cari teman yang bisa membantu untuk memublikasikan pelanggaran-pelanggaran hak anak dan respons yang dibutuhkan. Hal ini bisa dimulai dari majalah dinding di sekolah.
5. Tentukan bagaimana kita, sebagai anak atau pihak yang peduli, akan bersikap terhadap kondisi tersebut. Galang dukungan agar kuat. Lalu, suarakan apa yang kita inginkan.
6. Terus pantau hal-hal positif dan negatif yang muncul dari aksi yang kita lakukan.
Karena anak-anak adalah bagian dari hak asasi manusia, maka tidak ada ruang untuk menolak pemenuhannya, apapun alasannya. Membiarkan hak-hak anak dilanggar sama dengaa membiarkan pelanggaran yang lebih besar akan terjadi kepada banyak anak lainnya. Jadi, hentikan pelanggaran hak anak dengan menyuarakan bahwa kita "menolak pelanggaran hak anak"!

KEWAJIBAN ORANG TUA

Semua orang tua bertanggung jawab untuk menetapkan batasan bagi anak-anak mereka. Kita memastikan mereka memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang pantas, dan tidur pada waktunya. Ketika mereka bertambah besar, kita mengurangi batasan mereka, memberi mereka lebih banyak kebebasan untuk menentukan pilihan mereka sendiri, sambil tetap memerhatikan dari dekat, siap untuk bertindak bila diperlukan. Tujuan utama menetapkan batasan dalam kehidupan anak-anak kita adalah agar mereka dapat menetapkan batas-batas tanggung jawab mereka sendiri saat mereka kelak meninggalkan lingkungan keluarga.
Dengan mudah kita dapat melihat bahwa di dunia sekeliling kita, proses menetapkan batasan ini sudah tidak berjalan dengan semestinya. Kisah-kisah heboh di surat kabar tentang perilaku anak-anak yang lepas kendali sebenarnya hanya mengungkapkan sebagian kecil saja di antara begitu banyak kisah lainnya yang tidak sempat menjadi berita utama. Mengapa hal ini terjadi? Dan yang lebih penting lagi, teladan apa yang dapat kita berikan sebagai orang tua Kristen bagi keluarga-keluarga yang belum percaya? Mustahil menuliskan seluruh alasan kegagalan orang tua melaksanakan peran mereka sebagai pembuat batasan dalam keluarga sekarang ini, tetapi marilah kita menyinggung beberapa di antaranya:
1. Kedua orang tua bekerja di luar rumah mengakibatkan sejumlah besar anak harus tinggal di rumah sendirian sebelum dan setelah sekolah, demikian juga selama liburan sekolah. Pada dasarnya, anak-anak ini dibiarkan tumbuh sendiri.
2. Orang tua ingin bersikap "adil". Bagaimana kita dapat berkata "tidak" pada anak-anak kita sementara semua temannya diperbolehkan melakukan hal itu? Orang tua ingin menjadi teman bagi anak-anaknya. Dalam perjalanan membesarkan anak, orang dewasa biasanya akan sampai pada tahapan di mana mereka berharap keturunannya dapat memandang mereka sebagai rekan yang setara.
3. Masyarakat secara keseluruhan memperlihatkan toleransi yang semakin tinggi terhadap dosa dalam bentuk kekerasan yang diperlihatkan di berbagai media massa, isi yang berbau seks, dan penyimpangan tingkah laku.
Keluarga Kristen pun tidak terlepas dari situasi semacam ini. Namun, bagaimana cara kita menanganinya, itulah yang akan membuat perbedaan. Dengan menuruti perintah Allah, kita dapat memberikan teladan yang baik bagi orang lain dan pada saat yang sama memberikan kesaksian tentang iman kita kepada Yesus Kristus dan iman kita akan pemeliharaan Allah.
Hadir untuk Mengasuh
Peran Ibu
Sekarang ini, bukanlah hal yang aneh bila kedua orang tua bekerja, setidaknya bekerja paruh waktu. Dengan terus meningkatnya biaya hidup dan pendidikan, baik suami maupun istri dituntut untuk mencari nafkah demi menyokong keluarga mereka. Secara umum, diketahui dan diyakini bahwa karena tuntutan inilah, nilai-nilai kehidupan dan kerohanian keluarga telah terkena dampaknya. Dan karena alasan ini pula, sebaiknya setiap orang tua Kristen meninjau situasi keuangan mereka untuk menentukan apakah mereka bekerja karena mereka memang membutuhkan uang atau karena mereka ingin memenuhi target pendidikan dan cita-cita mereka serta menjalani hidup mewah. Perkataan berikut ini mungkin akan menyinggung cara hidup masyarakat modern, namun cukup pantas untuk direnungkan: "Keluarga akan mengalami masalah jika di rumah tidak ada sedikitnya satu orang tua yang mengasuh anak."
"Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu." (Kej. 2:21-22).
Allah menciptakan wanita dari pria dan Ia menjadikan mereka berbeda untuk mengisi peran yang berbeda. Kita tahu bahwa pada hakikatnya wanita diperlengkapi dengan kemampuan untuk mengasuh dan memberi dukungan yang lebih baik dibandingkan pria. Dengan kehadirannya dalam tahun-tahun kritis pembentukan kepribadian, karakter, dan kebiasaan anak, ibu dapat melatih anak dengan lebih baik dalam jalan yang harus ditempuhnya.
Ketika istri menunaikan peran ini, suami dapat memenuhi perannya sebagai pemimpin rohani dan pemberi nafkah dengan lebih baik. Allah tidak ingin wanita bersaing dengan pria dalam hal ini, meskipun wanita tentu saja dapat dan harus memberikan bimbingan rohani bagi anak-anak mereka, serta memelihara keluarga dengan berbagai cara lainnya.
Namun, sekalipun seorang ibu telah memutuskan untuk tinggal di rumah selama tahun-tahun pembentukan dalam kehidupan anaknya, hal ini belumlah menjamin bahwa anak itu kelak akan menjadi seorang yang penurut dan penuh hormat. Dibutuhkan komitmen yang kuat, tekad, pengendalian diri, kebijaksanaan, iman kepada Tuhan, dan kasih yang besar untuk dapat menjadi seorang ibu yang sukses. Sekadar tinggal di rumah dan menjadi penjaga bayi bukanlah cara yang tepat untuk membesarkan seorang anak. Ia harus siap untuk menjadi seorang guru, perawat, tukang (untuk memperbaiki mainan yang rusak), supir, atlet, dan yang paling penting, hamba Tuhan.
Amsal 31 memberikan deskripsi yang indah tentang karakteristik seorang istri dan ibu yang sempurna. Wanita yang digambarkan dalam pasal ini, meski kemungkinan besar adalah suatu karakter gabungan, dengan indah melukiskan segala yang dapat dilakukan seorang wanita untuk kebaikan keluarganya.
Sedapat mungkin, wanita Kristen harus menolak godaan untuk bekerja di luar rumah jika tidak benar-benar perlu. Mintalah agar Tuhan menunjukkan jalan untuk menyesuaikan kondisi keuangan Anda sehingga Anda tidak perlu bekerja ketika anak-anak Anda berada di rumah. Tentu saja, ini haruslah merupakan keputusan pribadi, yang dibuat bersama suami Anda dan dengan doa.
Jika bekerja adalah satu-satunya pilihan Anda untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Anda harus mencari pekerjaan yang paling tidak mengganggu kehidupan keluarga Anda atau mungkin suatu pekerjaan yang dapat Anda lakukan ketika anak-anak berada di sekolah atau ketika suami Anda ada di rumah untuk menjaga anak-anak. Anak-anak membutuhkan orang tuanya dan keluarga yang belum percaya perlu melihat bahwa umat Kristen bersedia melakukan pengorbanan dalam hidup mereka demi kebaikan anak-anak mereka.
Peran Ayah
"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mzm. 127:3-5).
Dengan ibu yang berkonsentrasi menjadi pengasuh utama, ayah dapat lebih memusatkan perhatian dalam melakukan perannya sebagai pemimpin rohani keluarga, melatih anak-anaknya menjadi anak-anak Tuhan melalui teladannya.
Allah ingin agar setiap keluarga menjadi keluarga yang penuh kasih. Sebagai ayah, kita harus bertanya pada diri sendiri apakah kita penuh kasih, tidak hanya terhadap keluarga kita, tetapi juga menjalankan kasih seorang Kristen terhadap Tuhan, domba-domba-Nya, dan jiwa-jiwa yang tersesat. Allah juga ingin agar setiap keluarga menjadi keluarga yang berdoa. Sebagai pemimpin rohani dalam keluarga, apakah kita memberikan teladan? Apakah kehidupan doa kita kuat, sedang-sedang saja, atau lemah? Sudahkah kita mengajarkan pentingnya dan berharganya doa yang efektif dan membaca Alkitab dengan anak-anak kita? Sudahkah kita membuat program untuk membantu membangun kebiasaan dan karakter rohani yang kuat dalam keluarga kita? Ayah harus selalu menguji dengan cermat tingkah laku rohaninya sendiri jika ia mengharapkan anak-anaknya memahami arti kesalehan yang sesungguhnya.
Selain itu, peran ayah juga sebagai pendukung ibu dalam perannya sebagai pengasuh. Ia harus memberikan dukungan kepada istrinya yang mengemban tanggung jawab dalam membesarkan anak-anak dan menjaga kerapian rumahnya. Hanya dengan jalan inilah ia dapat membantu istrinya dalam menjalankan tugas-tugasnya sehingga istrinya juga dapat tetap hidup berdamai dengan Allah, dirinya sendiri, anak-anaknya, dan yang terlebih penting, dengan suaminya sendiri.
Menjadi Teman Vs Menjadi Orang Tua
Kedua orang tua harus sepakat tentang masalah dan cara-cara menanamkan kedisiplinan: tentang pelanggaran mana yang cukup diberikan pengarahan dan tingkah laku mana yang membutuhkan disiplin yang lebih keras, bahkan mungkin hukuman badan. Sangatlah penting bagi orang tua untuk kompak dan konsisten dalam mendisiplinkan anak-anak mereka.
Keadilan tentu saja adalah sifat yang patut dihargai dalam persahabatan, tetapi hubungan orang tua-anak bukan dirancang untuk menjadi hubungan yang seperti itu.
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu" (Ams. 22:6).
Allah memberikan tanggung jawab kepada orang tua untuk mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak-anak mereka. Tetapi Ia juga memperingatkan orang tua agar tidak membuat marah anak-anak mereka.
"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Ef. 6:4).
Begitu banyak orang tua zaman sekarang yang terlalu berlebihan menerapkan prinsip "tidak membuat marah" anak-anak mereka sehingga mereka membiarkan anak-anak melakukan apa pun yang mereka inginkan. Mereka sudah melumpuhkan peran mereka sebagai orang tua dengan mempercayai bahwa membiarkan anak-anak menetapkan sendiri pilihan mereka yang tidak bijaksana akan lebih baik daripada membuat mereka "menderita" dengan mengatakan "tidak".
Jauh di kemudian hari, perlakuan memanjakan anak dapat merusak anak lebih dalam lagi. Bagaimana anak dapat mempelajari nilai-nilai orang tua mereka jika mereka tidak diajar menilai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh mereka lakukan? Memberitahukan apa yang "harus" dilakukan anak adalah satu hal, tetapi proses belajar yang sesungguhnya terjadi ketika hal itu tampak dalam tingkah laku orang tua dan juga dilakukan oleh anak itu sendiri. Sebagai orang tua Kristen, kita perlu memohon hikmat Allah dalam segala hal yang berhubungan dengan pilihan bagi anak-anak kita. Kita juga perlu menyadari bahwa pilihan yang Allah kehendaki agar kita ambil atas nama anak-anak kita tidak selalu akan menyenangkan hati mereka dan terkadang juga membuat kita dikritik oleh orang-orang yang belum percaya. Namun, jangan sampai hal ini memengaruhi keputusan kita untuk mengikuti pimpinan Tuhan. Sebaliknya, kita harus semakin bersemangat karena sesungguhnya kita sedang menanggung suatu kesaksian yang penuh kuasa kepada dunia.
Menjadi Badan Sensor untuk Anak-Anak Anda
Perhatikanlah daftar film laris, lima puluh CD paling top, serta game komputer dan video game populer sekarang ini. Jika Anda mengamati dengan cermat, Anda mungkin akan terkejut melihat banyaknya kandungan kekerasan, percabulan, kebencian, seks, dan juga hal-hal anti-Kristen lainnya. Kadang-kadang hal-hal ini begitu jelas terlihat, tapi kadangkala terkubur di bawah permukaan dan diperlukan pengertian untuk dapat melihatnya. Mengapa ada begitu banyak hal busuk di sana? Sebab masyarakat sudah menerimanya sebagai sesuatu yang "normal". Nilai-nilai standar sudah diturunkan secara drastis dan umat Kristen pun sedang terseret ke dalamnya bersama-sama dengan seluruh isi dunia ini.
Tak ada kebaikan yang dapat kita peroleh dengan mengizinkan anak-anak kita dibombardir oleh gambar-gambar, lirik lagu, dan macam-macam hiburan yang tidak saleh.
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Flp. 4:8).
Nasihat Paulus haruslah menjadi tolok ukur kita. Paulus tahu bahwa daya tarik dunia dapat secara perlahan-lahan memikat umat Allah, dan ini terjadi pada keluarga kita sekararang ini, sama seperti yang terjadi pada umat Kristen di Filipi pada masa itu. Janganlah takut untuk menyensor berbagai media yang akan dipergunakan anak-anak kita, anggaplah itu sebagai tugas yang diberikan Tuhan kepada Anda.
Sebagai orang tua Kristen, kita tentu memiliki pekerjaan yang memang telah diperuntukkan bagi diri kita. Karena itu, kita harus tetap yakin bahwa Tuhan akan menyediakan jawaban atas batasan apa yang perlu kita tetapkan bagi anak-anak kita. Ia telah menyediakan semua perlengkapan yang kita butuhkan: firman-Nya (Alkitab), Roh Kudus-Nya, dan karunia doa yang melaluinya kita dapat menyampaikan kekuatiran dan keprihatinan kita kepada-Nya. Kiranya Ia membimbing kita untuk menggunakan semua perlengkapan ini untuk menetapkan batasan yang baik bagi anak-anak kita dan untuk mengajarkan kepada mereka bagaimana menetapkan batasan bagi diri mereka sendiri.